MAKALAH : Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar

KUMPULAN MAKALAH
UPP PGSD FKIP UNIVERSITAS CENDRAWASIH MERAUKE
PROGRAM SARJANA STRATA-1


Jenis Makalah Hari Ini mengenai : Belajar dan Pembelajaran SD 




Silahkan dibaca, dijadikan Referensi bukan asal Ctrl C + Ctrl V !






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Yang penting dalam interaksi belajar-mengajar adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar. Dalam rangka membina, membimbing dan memberikan motivasi ke arah yang dicita-citakan, hubungan guru dan peserta didik harus bersifat edukatif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Motivasi?
2.      Pentingkah adanya motivasi dan aktivitas dalam belajar?
3.      Apa itu kurikulum?
4.      Apa saja prinsip dan komponen dalam kurikulum?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan atau pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya motivasi dan aktivitas dalam belajar serta pengembangan kurikulum.

D.    Manfaat Penulisan
Dalam penulisan atau pembuatan ini, diharapkan pembaca dapat memahami arti motivasi dan aktivitas dalam belajar serta mampu mengaplikasikannya dalam lingkungan sekolah dan mampu membuat kurikulum dengan mengetahui dasar-dasarnya.  

BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi dan Aktivitas dalam Belajar

A.    Pengertian Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. (Menurut Mc. Donald dari buku Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar oleh Sardiman A.M)
Tiga elemen penting dari pengertian Mc. Donald :
1.      Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
2.      Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi seseorang.
3.      Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Persoalan motivasi dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri  atau arti sementara situasiyang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Minat tidak timbul secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. (Menurut Bernard, dalam buku Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar oleh Sardiman A.M)

B.     Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi
Seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Kalau kebutuhan itu telah terpenuhi, telah terpuaskan, maka aktivitas itu akan berkurang dan sesuai dengan dinamika kehidupan manusia, sehingga akan timbul tuntutan kebutuhan yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri.
Menurut Morgan yang ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan.
1.      Kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas.
Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure.
2.      Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.
Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela bekerja atau para peserta didik itu rajin/rela belajar apabila diberikan motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya.
3.      Kebutuhan untuk mencapai hasil
Dalam kegiatan belajar-mengajar istilahnya perlu dikembangkan unsur reinforcement. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik.
4.      Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini mejadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan/keunggulan dalam bidang tertentu.
Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan psikolog. Ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu :
a.       kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.
b.      kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa nyaman, bebas dari rasa takut dan kecemasan
c.       kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan.
d.      kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Di samping itu ada teori-teori lain yang perlu diketahui :
·         Teori Insting (Mc. Dougall)
Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan.
·         Teori fisiologis (Behaviour Theories)
Semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik.
·         Teori Psikoanalitik (Freud)
Setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego.
            Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Tekun menghadapi tugas
b.      Ulet menghadapi kesulitan
c.       Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d.      Lebih senang kerja mandiri
e.       Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
f.       Dapat mempertahankan pendapatnya
g.      Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h.      Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal 


C.     Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dengan mantapnya di siang bolong, si abang becak mendayung becak untuk untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari makan untuk anak-anaknya. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena akan menghadai ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang  di lakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya di latarbelakangi oleh  mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan.

            Begitu juga untuk belajar sangat di perlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning.hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang di berikan akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menetukan intensitas usaha belajar bagi peserta didik.

Ada 3 fungsi motivasi
1.      Mendorong manusia berbuat, adil sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motiasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yg akan di kerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di capai.
3.      Menyeleksi perbuatan. Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus di kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyusihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yg belajar itu  akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseoang peserta didik akan sangat menetukan tingkat pencapaian prestasi belajar.




D.    Macam-Macam Motivasi
1.      Motivasi dilihat dari dasar pebentukannya.
a.      Motif-motif bawaan.
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang di bawa sejak lahir,jadi motivasi itu ada tanpa di pelajari. Contoh: dorongan untuk makan, minum, bekerja, beristirahat, dan dorongan seksual. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.
b.      Contohnya: dorongan untuk belajar suatu ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam mmasyarakat. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, komperatif membina hubungan baik dengan sesame,apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belaar-mrngajar hal ini dapat membantu dalam usaha mencaai prestasi.
Di samping itu Frandsen masih menambahkan jenis-jenis motif sebagai berikut
a.       Cognitive motifasi
Jenis motivasi seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan dalam sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.
b.      Self-epression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tdak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlikan kreativitas penuh imajinasi.
c.       Self-enhanccement.
Melalui aktualisasi diri dan mengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang ketinggian dan kemajuan diri menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu.

2.      Jenis motivasi  menurut pembagian dari woodworth dan markuis
a.       Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk minum, akan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk istirahat.
b.      Motif-motif darurat. Yaitu ; dorongan untuk menyelamatkan diri, untuk membaas, untuk berusaha, dan untuk memburu. Moti ini timbul rangsangan dari luar.
c.       Motif- motif objektif. Yaitu melakukan exporasi, manipulasi dan minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

3.      Motivasi jasmaniah dan rohaniah.
Ada dua jenis motifasi yakni jasmaniah dan rohaniah. Motivasi jasmaniah seperti Refleks, insting otomatis dan nafsu. Dedangkan motasi rohaniah adalah kemauan.

Kemauan di bagi menjadi empat momen yaitu.
a.       Momen timbulnya masalah
Sebagai contoh seorang pemuda sedang giat berlatih olahraga untuk menghadapi suatu persenian di sekolahnya, tetapi tiba-tiba di suruh ibunya untuk mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu mau kembali ke Jakarta. Dalam hal ini si pemuda tidak tibul alasan baru untuk melakukan sesuatu kegiatan [kegiatan mengantar]
b.      Momen pilihan
Yaitu dalam keadaan pada waktu aletrnatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara alternatif atau alasan-alasan itu.kemudian seseorang memilih-milih alternatif untuk kemudian di kerjakan.
c.       Momen putusan
Satu alternatif yang dipilih inilah akan menjadi putusan untuk di kerjakan.
d.      Momen terbentuknya kemauan.
Kalau seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk di kerjakan, timbulah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak, melaksanakan putusan itu.



4.      Motivasi intrinsic dan ekstrinsik.
a.       Motivasi intrinsuk.
Adala motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di ransang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.sebagai contoh seseorang yg senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya,ia sudah rajin mencari buku-buku untuk di bacanya. Maka yang di maksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yg berkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes. itulah sebabnya motivasi intrinsic dapat juga di katakan sebagai bentuk motivasi yg di dalamnya aktifitas belajar di muai dan di teruskan berdasarkan dari suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas bekajarnya.
      Perlu di ketahui peserta didik jalan satu-satunya untuk menuju ke tujuan yg ingin di capai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan untuk menjadi ahli. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial bukan sekedar symbol dan seremonial.
b.      Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrisik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Contoh; anak itu belajar karena tahu besok pagi akan ujian dengn harapan mendapat nilai baik, sehingga akan di puji oleh teman-teman nya. Jadi anak itu belajar bukan karena ingin tahu jawabannya, melainkan hanya untuk supaya di puji teman-temanya. Juga di katakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar di mulai dan di teruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak searah mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting dalam kegiatan belajar-mengajar.

E.     Bentuk-Bentuk Motivasi Di Sekolah
Dengan motivasi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
            Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat dan kadang-kadang kerang sesuai . hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.

            Berikut adalah cara untuk menumbuhkan motiasi dalam kegiatan belajar di sekilah.
1.      Memberi angka
banyak peserta didik belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Maka peserta didik biasanya yang di kerahkan adalah nilai ulangan atau raport angkanya baik-baik.
      Tetapi ada juga , bahkan banyak peserta didik bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Namun semua itu harus di ingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu langkah selanjutnya yang di tempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat di kaitkan dengan values yang terkandung di setiap pengetahuan yang di ajarkan kepada para peserta didik sehingga tidak sekedar kongnitif saja tapi juga keterampilan dan efeksinya
2.      Hadiah
Hadiah dapat juga di kaitkan sebagai motivasi tetapi tidaklah selalu demikian. Sebagai contoh hadiah yang di berikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi peserta didik yang tidak memiliki bakat menggambar

3.      Saingan/ kompetisi
Sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar peserta didik. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

4.      Ego-infolvement.
Menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sebagai kerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu motivasi yang sangat penting.

5.      Memberi ulangan.
Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus di ingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya kalau ada ulangan harus di beritahukan kepada peserta didiknya.
6.      Mengetahui hasil
Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri peserta didik untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7.      Pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi pemberianya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8.      Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau di berikan secara tepat dan bijaksana menjadi alat motivasi oleh karena itu guru harus memahammi prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9.      Hasrat untuk belajar
Hal ini akan lebih baik bila dibandingakan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik.



10.  Minat
Minat adalah motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lanacar kalau di sertai minat. Minat dapat di bangkitkan dengan cara-cara seagai berikut.
a.       Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b.      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
c.       Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d.      Menggunakan beragai macam bentuk mengajar.

11.  Tujuan yang di akui.
Tujuan yang di akui dan diterima baik oleh peserta didik, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.


F.  Prinsip-prinsip Aktivitas
1. Menurut pandangan Ilmu Jiwa Lama
               Peserta didik diibaratkan kertas putih, sedang unsur dari luar yang menulisi adalah guru. Aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Peserta didik ibarat botol kosong yang diisi air oleh guru. Gurulah yang menentukan bahan dan metode, sedang peserta didik menerima begitu saja. Hal ini tentu tidak sesuai dengan hakikat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.
2. Menurut pandangan Ilmu Jiwa Modern
               Anak didik dianggap sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.

G. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar
               Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan peserta didik yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Visual activities, misalnya membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2.      Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3.      Listening activities, contohnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4.      Writing acitivities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5.      Drawing activities, misal: menggambar, membuat grafik, peta, diagram
6.      Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak
7.      Mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8.      Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan.Selain itu, kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan peserta didik yang sangat bervariasi itu.

Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum

A.           Kurikulum dan Landasan Pengembang Kurikulum
1.      Pengertian Kurikulum
Kata “Kurikulum” berasal dari satu kata bahasa latin yang berarti “Jalur Pacu” dan secara tradisional , kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang (Zais, 1976 : 6. Dalam buku Belajar dan Pembelajaran oleh Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono)        
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu) dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang peserta didik dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. (Dalam buku Kurikulum & Pembelajaran oleh Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran)
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem lain, komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana dan rancangan atau desain, terdapat desain berdasarkan konsep, tujuam, isi, proses, masalah, kebutuhan peserta didik.
Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu :
a.       Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan
b.      kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide
c.       kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum.
d.      kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

Berikut merupakan penyimpulan dari konsep-konsep kurikulum yang terdiri dari :
1)      Kurikulum sebagai jalan mencari ijazah, seperti yang kita ketahui bersama kurikulum merupakan syarat mutlak dalam pendidikan formal.
2)      Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, kurikulum sebagai jalan meraih ijazah mengisyaratkan adanya sejumlah mata pelajaran/bidang studi dan isi pelajaran yang harus diselesaikan peserta didik.
3)      Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran, “definisi kurikulum seperti dikemukakan oleh Winecoff (1988) tersebut, secara jelas menunjukkan kepada kita bahwa kurikulum didefinisikan sebagai satu rencana yang dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/belajar didalam arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau universitas dan para anggota staffnya.
4)      Kurikulum sebagai hasil belajar secara jelas diutarakan oleh Doeham dan Baker bahwa semua rencana hasil belajar yang merupakan tanggung jawab sekolah adalah kurikulum.
5)      Kurikulum sebagai pengalaman belajar , Foshay mengamati bahwa sejak sebelum tahun 1930-an istilah kurikulum didefinisikan sebagai “semua pengalaman seorang peserta didik yang diberikan dibawah bimbingan sekolah” sedangkan Krug (1956 dalam Zais 1976 : 8) mendefinisikan bahwa semua yang bermaksud dipakai oleh sekolah untuk menyediakan kesempatan-kesempatan bagi peserta didik memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang diperlukan sekali adalah kurikulum.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 (9) menyebutkan bahwa : “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. “(Depdikbud 1989 : 3), sedangkan dalam pasal  37 menyebutkan : “kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan” (Depdikbud 1989 : 15). Rumusan penjabaran kurikulum seperti termaktub dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, bila dikaji merupakan konsep kurikulum yang cukup lengkap dan menyeluruh.

2.      Landasan pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai  dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat (Depdikbud, 1986 : 1). Adapun yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum akan berjalan.
Bondi dan Wiles (1989 : 87) mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal yakni :
·           Kemudahan-kemudahan suatu analisis tujuan
·           Rancangan suatu program
·           Penerapan serngkaian pengalaman
·           Peralatan dalam evaluasi
Landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum pada tiga unsur, yaitu :
Ø  Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya
Ø  Fakta empirik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum
Ø  Landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotnya
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu :
a.       Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
b.      Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
c.       Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengambangkan kurikulum.
d.      Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.

B.     Komponen dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
1.      Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu :
(1)   Komponen tujuan
berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat yaitu :
a.       Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan
b.      Tujuan Institusional (TI), tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
c.       Tujuan Kurikuler (TK), tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
d.      Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP), didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
(2)   Komponen Isi/Materi
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan peserta didik.
(3)   Komponen Metode/Strategi
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. T. Rakajoni (1988) mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum peruatan guru-peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyususnan strategi adalah pencapaian tujuan.
(4)    Komponen Evaluasi
Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang telah ditetapkan.

2.      Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
(1)   Prinsip Umum
a)      Prinsip Relevansi, artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal (external relevance) dan relevansi internal (internal relevance). Relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi pada masa yang akan datang. Sedangkan relevansi internal, yaitu kesesuaian antarkomponen kurikulum itu sendiri. Hal ini harus diperhatikan karena setiap tujuan tertentu akan menuntut adanya isi, metode dan sistem evaluasi tersendiri.
b)      Prinsip Fleksibilitas, berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya, kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian, dalam proses pengembangan kurikulumnya harus fleksibel. Didalam kurikulum, harus terdapat suatu sistem tertentu yang dapat memberikan alternatif dalam mencapai tujuannya.
c)      Prinsip Kontinuitas, artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, yang meliputi sinambung antarkelas maupun sinambung antarjenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar peserta didik bisa maju secara berkesinambungan.
d)     Prinsip Praktis atau Efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tentang tempat itu akan digunakan. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, artinya tidak mahal alias murah. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, personel-dana-fasilitas, keberadaannya terbatas.
e)      Prinsip Efektivitas, menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selali berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi, serta model konsep kurikulum apa yang akan digunakan.
(2)   Prinsip Khusus
Prinsip khusus berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu. Adapun prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dimaksud adalah :
a)      Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan, perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
                                                                                            i.            Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan.
                                                                                          ii.            Survei mengenai persepsi orang tua dan masyarakat lainnya tentang kebutuhan mereka yang diperoleh melalui angket atau wawancara dengan mereka.
                                                                                        iii.            Survei dengan pandangan para ahli dalam bidang-bidang tetentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
                                                                                        iv.            Survei tentang manpower (sumber daya manusia/tenaga kerja)
                                                                                          v.            Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama
                                                                                        vi.            Penelitian
b)      Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:
                                                                                            i.            Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
                                                                                          ii.            Isi bahan pelajaran harus meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
                                                                                        iii.            Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c)      Prinsip berkenaan dengan proses pembelajaran
d)     Prinsip berkenaan dengan media dan alat bantu pembelajaran, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien perlu didukung oleh penggunaan media dan alat bantu pembelajaran yang tepat.
e)      Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi, pengembang kurikulum harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi, yaitu objektivitas, komprehensif, kooperatif, mendidik, akuntabilitas dan praktis.


  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Ø  Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar
Ø  Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan.
Ø  Di dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat, “learning by doing”
Ø  Kurikulum harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan.
Ø  Landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam pengembangan kurikulum yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologi
Ø  Empat komponen yang dibentuk dari sistem kurikulum, yaitu: komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi.
Ø  Prinsip pengembangan kurikulum dibedakan dalam dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.

B.     Saran
Pembahasan tentang Motivasi dan Aktivitas serta Pengembangan Kurikulum ini diharapkan jangan hanya sebatas makalah ini saja, karena kita bisa menggali lebih jauh tentang memberi dorongan untuk para peserta didik serta dapat melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan aktivitas semestinya dan melaksanakan kurikulum yang sesuai.




Daftar Pustaka

Komponen Proses Belajar Mengajar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek NKK, 1979.
Nasution, S., Didaktik Asas-asas Mengajar, Jemmars, Bandung.
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta; Kanisius, 1997.
Sardiman AM., “Profesi dan Peranan Guru di Sekolah dengan Sedikit Tinjauan Kultural”, Cakrawala Pendidikan, no. 03 Vol. I, IKIP Yogyakarta, Agustus, 1981.
Edi Suardi, Pedagogik, Angkasa, Bandung, 1980.
Havigurst, Robert J., Society and Education, Allyn & Bacon Inc., Boston, 1964.
Sardiman AM, “Motivasi dan Aktivitas dalam Belajar”, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Kurikulum dan Pembelajaran, Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.